Sabtu, 10 Januari 2015

Kesehatan

Umur Harapan Hidup

Umur Harapan Hidup juga merupakan salah satu indikator derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, dengan adanya peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir dapat diindikasikan adanya keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.
umur harapan hidupBerdasarkan hasil Susenas tahun 2002 dan 2003, umur harapan hidup kabupaten Sambas tahun 2002-2003 sebesar 67,15 tahun (pada laki-laki : 65,7 tahun dan pada wanita : 68,6 tahun). Sedangkan berdasarkan Susenas 2004 laporan Indikator Database 2004 BPS Kabupaten Sambas bekerjasama dengan United Nations Population Fund (UNFA) bahwa umur harapan hidup penduduk Kab. Sambas tahun 2004 adalah 64,7 tahun untuk laki – laki dan 68,84 tahun untuk perempuan.





Penyakit TB Paru
Penyakit Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderitanya. Penyakit ini seringkali menjadi penyebab kematian di masyarakat, sehingga Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB Paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan.tb paru
Strategi penanganan TB paru yang digunakan sampai saat ini adalah Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung menelan obat setiap hari oleh seorang pengawas minum obat (PMO) yang mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995.
Berdasarkan laporan yang ada bahwa angka penemuan kasus (CDR) penyakit TB Paru di kab. Sambas tahun 2011 mesih relatif rendah dibandingkan dengan program nasional. Angka penemuan kasus tahun 2011 sebesar 59,48% (633 kasus dari 1064 jumlah perkiraan kasus). Sedangkan target minimal angka penemuan kasus baru program TB nasional adalah sebesar > 75%.
Untuk angka insiden penyakit TB paru tahun 2011 sebesar 124,9 per 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian penyakit TB paru tidak ada.
Selanjutnya perkembangan penemuan kasus baru dan capaian kesembuhan program selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 :
Gambaran Tingkat Kesembuhan Penderita TBCBTA+
di Kabupaten Sambas tahun 2007 - 2011

TAHUN
JUMLAH KASUS
BARU
TARGET
KESEMBUHAN (%)
CAKUPAN
KESEMBUHAN
2007
581
≥85
100
2008
423
≥85
97,4
2009
475
≥85
86,7
2010
608
≥85
91,39
2011
633
≥85
*
Keterangan : (*) = Diketahui setelah akhir pengobatan Tahun 2012

Sumber : Bidang PMK, Dinkes Kab Sambas, 2011


Dari tabel diatas terlihat bahwa penemuan kasus TB BTA + dan prosentase kesembuhan cenderung naik. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Salah satunya melalui strategi DOTS, dimana peranan aktif dari PMO untuk mengawasi penderita sehingga pasien tidak drop out.



Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di Kabupaten Sambas.

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut :

1.    Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi


Seorang ibu mempunyai peran besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai posyandu, poskesdes, puskesmas sampai ke rumah sakit.

  a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
 Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.

Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 92,7%

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Cakupan kunjungan ke 4 ibu hamil ( K4) pada tahun 2011 sebesar 83,8% , sedikit menurun dari tahun 2010 sebesar 86,23%. Cakupan tertinggi berada di wilayah Puskesmas Segarau yaitu sebesar 98,9% , sedangkan cakupan ibu hamil terendah berada di wilayah Puskesmas Paloh yaitu sebesar 58,3%.

Cakupan K4 masih belum memenuhi target standar pelayanan minimal sebesar 95%. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan antenatal pada ibu hamil di Kabupaten Sambas.

 b. Pertolongan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.

Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (linakes).Cakupan linakes Pada tahun 2011 sebesar 83,8%, sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 82,53%.akan tetapi pencapaian tersebut belum memenuhi target SPM sebesar 90%.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2011 tertinggi berada di wilayah Puskesmas Tebas yaitu sebesar 99,7%, sedangkan cakupan terendah berada di wilayah Puskesmas Pimpinan yaitu sebesar 64,1%.

cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Sambas cenderung meningkat. Kondisi tersebut dimungkinkantidak lepas dari keberhasilan pengembangan berbagai program kemitraan bidan dan dukun dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

 c.  Ibu Hamil Resiko Tinggi / Komplikasi yang Ditangani

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan.

Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb<8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur.

Berdasarkan laporan Bidang Kesga dan Promkes, jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi di Kabupaten Sambas tahun 2011 sebanyak 1.640 orang (20% dari sasaran ibu hamil) dan semua kasus telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.

 d.  Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Kabupaten Sambas sebanyak 11.929 orang dan 10.525 orang (88,23%) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar. Angka cakupan tersebut meningkat dari tahun 2009, yaitu 70,27%. Cakupan tersebut belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan pelayanan ibu nifas tertinggi dicapai beberapa puskesmas dan cakupan terendah <50% berada di Puskesmas Subah (42,9%).

 e.  Kunjungan Neonatus (KN2)

Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2).

Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Cakupan kunjungan neonatus 1 ( KN -1) pada tahun 2011 sebesar 88,7%, sedikit meningkat dari tahun 2010 sebesar 87,49%. namun angka ini belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai beberapa puskesmas sedangkan terendah berada dipuskesmas Selakau Timur 56,2%.
Cakupan kunjungan neonatus 3 kali ( KN lengkap) pada tahun 2011 sebesar 76,23% , mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu sebesar 83,14%. Angka cakupan ini belum mencapai target standar pelayanan minimal sebesar 85%.cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) tahun 2011 tertinggi berada diwilayah puskesmas segarau yaitu sebesar 127,7 % sedangkan cakupan terendah berada di wilayah puskesmas sekura yaitu sebesar 52,3%.
cakupan KN2 selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini bermakna terjadi penurunan kualitas pelayanan pada bayi baru lahir melalui peran aktif tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan neonatus ke rumah ibu nifas.

 f.  Neonatal Resiko tinggi /komplikasi

Pada saat memberi pelayanan kesehatan pada neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan.

Neonatal risti/ komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal.
Berdasarkan laporan yang ada jumlah perkiraan neonatal risti di Kabupaten Sambas sebanyak 1.731 orang . Cakupan neonatal risti yang ditangani tertinggi berada di beberapa wilayah Puskesmas sedangkan cakupan terendah di wilayah puskesmas Sentebang yaitu 37,3%.namun semua telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.

0 komentar:

Posting Komentar